Minggu, 23 Desember 2012

PROFESI YANG MULIA DAN MENJADI PRIMADONA



PROFESI YANG MULIA DAN MENJADI PRIMADONA
Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil  (PNS) mulai dilaksanakan di beberapa daerah. Ditengah situasi ekonomi yang serba tidak menentu, menjadi PNS adalah impian semua orang, dan yang sedang menjadi primadona pada penerimaan  PNS adalah lowongan atau formasi untuk menjadi Guru, entah Guru Sekolah Menengah Umum atau bahkan Guru Taman Kanak-Kanak.
Pada era tahun 80 an, Guru merupakan profesi yang menuntut pengabdian dan perjuangan. Jika sang Guru telah sampai di sekolah maka murid-murid akan menyambutnya serta mencium tangannya. Dengan gaji yang pas-pasan sang Guru nampak dapat menikmati hidupnya walau penuh dengan keprihatinan. Tak heran jika pada masa itu menjadi Guru haruslah panggilan jiwa dan sebuah profesi yang kurang diminati.
Kuliah di keguruan merupakan jurusan cemo’oh. Jika tidak sangat terpaksa, pastilah seorang anak tidak mau kuliah di Universitas keguruan. Bahkan ketika sangat dibutuhkan tenaga Guru dalam jumlah banyak, pemerintah membuka program diploma dengan ikatan dinas. Jadi selama masih kuliah sudah mendapat beasiswa atau uang saku yang cukup  besar nilai  nominalnya dan bisa untuk hidup selama ngekos menjadi mahasiswa.
Tiga puluh tahun telah berlalu, nampaknya telah terjadi pergeseran kebudayaan dikalangan masyarakat. Profesi guru yang kurang diminati kala itu berubah menjadi profesi yang diburu. Hal tersebut tak lepas dari adanya perhatian dari pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib atau kesejahteraan Guru. Dengan naiknya anggaran di bidang pendidikan pada APBN maka pemerintah mulai menambah atau memberikan tunjangan pada para Guru yang sudah memenuhi kualifikasi tertentu.
Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) atau lebih dikenal dengan istilah tunjangan sertifikasi telah mengubah citra Guru dari Pahlawan tanpa tanda jasa menjadi pahlawan mencari jasa. Guru tidak lagi menuntun sepeda tua serta membawa tas lusuh melainkan sudah mengendarai mobil serta menenteng laptop, tidak lagi menulis dengan kapur tulis sehingga tangan menjadi kotor serta paru-paru menjadi sesak akibat debu ketika murid menghapus papan tulis melainkan menulis dengan menggunakan boardmarker pada whiteboard serta  mengoperasikan komputer program powerpoint maupun Flash agar pembelajaran lebih menarik. Bahkan tidak sedikit yang sudah menambah wawasan atau meningkatkan kompetensi dengan melanjutkan kulian S2.
Jika Guru yang berstatus PNS sudah mulai sejahtera, tidak demikian dengan Guru yang berstatus non PNS atau lebih dikenal sebagai Guru tidak tetap (GTT). Para Guru tersebut masih kurang sejahtera walaupun tanggung jawabnya sama persis dengan Guru PNS.   Mereka juga harus turut mencerdaskan anak bangsa. Apalagi ditengah majunya tekhnologi informasi (TI), peran Guru tidaklah ringan.Masyarakat masih sangat percaya bahwa baik buruknya seorang anak tergantung pada peran Guru, walaupun anak tersebut sebenarnya hanya sepertiga atau bahkan seperempat waktunya berada di sekolah, selebihnya anak berada di rumah di bawah asuhan orang tua. Para Guru GTT ada yang mendapat insentif dari pemerintah melalui dinas pendidikan itupun datangnya tidak rutin sementara kebutuhan untuk mengisi perut adalah rutin.
Jika ada anak pandai atau berprestasi sementara dia adalah putra seorang Guru, pastilah masyarakat berkomentar “ya wajar berprestasi, orang tuanya kan Guru”, namun beda lagi jika ada anak Guru yang terlibat hal-hal negative, pasti masyarakat akan bilang “lha kok bisa terjadi seperti itu, padahal orang tuanya kan Guru”. Sudah menjadi hukum tidak tertulis bahwa Guru adalah sosok ideal, adalah panutan. Bahkan ada juga yang membuat akronim bahwa Guru artinya digugu lan ditiru.
Saya berharap dengan telah diperhatikannya kesejahteraan para Guru PNS akan berlanjut pula pada kesejahteraan GTT. Semoga Kesejahteraan yang telah diterima akan berbanding lurus dengan meningkatnya kinerja serta etos kerja para Guru PNS. Terpujilah engkau para Guru dan Dirgahayulah, kutitipkan anak bangsa di tanganmu.

Selasa, 20 April 2010

KIAT SUKSES MATEMATIKA

Ketika menghadapi UNAS atau UN, kita semua dibuat cemas. Mulai dari kalangan sekolah sampai kalangan orang tua, terlebih-lebih para siswa. Mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa adalah matematika, padahal kalo memang sudah tidak menguasai sejak awal sangatlah sulit untuk dapat menguasai dalam waktu singkat. Maksudnya belajar matematika tidak dapat instan harus melalui proses mulai dari penguasaan konsep sampai mahir atau lancar mengerjakan beberapa tipe atau jenis soal. Namun begitu bagi yang merasa kurang menguasai matematika tidak perlu berkecil hati, berikut saya sajikan kiat-kiat menghadapi UN matematika.

1. Kuasai materi-materi minimal dari SKL atau pelajari sungguh-sungguh materi yang jelas-jelas sudah bisa. Di coba ulang soal-soal dengan berbagai tipe yang sudah sangat dikuasai.

2. Seminggu atau dua minggu menjelang UN kurangi kegiatan yang menguras tenaga agar tidak terlalu capek dan menjaga kesehatan agar saat pelaksanaan tidak sakit.

3. Malam menjelang UN sudah tidak perlu belajar, istirahat yang cukup serta banyak berdoa ( bagi pemeluk Islam banyak wiridan atau solat tahajud dengan orang tua ) agar hati terasa tenang dan tentram.

4. Membawa alat tulis yang lengkap seperti pensil, penghapus, cutter, penggaris, busur, gunting, jangka, kertas berpetak.

5. Setelah LJK dibagikan segera di isi semua identitas dengan lengkap dan teliti.

6. Sebelum mengerjakan soal, tulis terlebih dahulu rumus-rumus yang di ingat pada lembar buram. Terutama keliling dan luas lingkaran yang biasanya tertukar serta rumus volume limas dan kerucut serta bola.

7. Kerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu.

8. Bila ada soal yang sulit dipahami bantulah dengan gambar, atau buatlah model aslinya. Misalnya jaring-jaring kubus atau kesebangunan pada segitiga siku-siku.

9. Baca soal baik-baik dan teliti, apa yang ditanyakan, bila perlu yang ditanyakan digaris bawah, karena soal UN ada pengecohnya.

10. Hati-hati dengan pilihan jawaban a , biasanya pengecoh ada di sana. Pada soal UN, kalian menjawab salah juga ada pilihan jawabannya.

11. Arsir jawaban pada LJK tipis-tipis dahulu, agar jika ingin mengganti tidak terlalu sulit untuk menghapusnya.

12. Jika waktu kurang 30 menit, teliti kembali semua jawaban. Jangan sampai ada yang tidak dijawab. Tebalkan semua arsiran sehitam mungkin dan penuh.

13. Setelah UN berlangsung hasil belumlah final, perbanyak berdoa dan solat tahajud, karena bagi Allah semua serba mungkin dan mudah. Apapun yang dikehendaki oleh Allah adalah mudah dan pasti terjadi.

Demikian para siswa beberapa kiat menghadapi UN khususnya mata pelajaran matematika. Semoga kalian semua sukses dalam arti bisa lulus semua dan yang sudah menguasai matematika akan mendapat nilai mutlak atau sepuluh .

Selengkapnya download di sini

TANTANGAN BAGI PENDIDIK DI ERA DOMINASI FACEBOOK

Saat ini banyak sekali diselenggarakan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau bagi Sekolah Standar Nasional menyelenggarakan kelas Billingual. Pembelajaran pada Sekolah-Sekolah tersebut dibedakan pada proses belajar mengajar dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran Matematika dan IPA (MIPA) dan penguasaan ICT. Sehingga pada kelas billingual dan kelas RSBI dapat dipastikan semua siswa lebih menguasai Bahasa Inggris dan menguasai ICT atau pengoperasian komputer. Untuk penguasaan Bahasa Inggris sampai sejauh ini belum ada dampak negatif yang nampak, tapi untuk penguasaan ICT walau nampak dampak positifnya akan tetapi dampak negatifnya juga menghawatirkan.

Dampak negatif yang dimaksud antara lain mewabahnya facebook. Saat ini hampir semua orang mengenal facebook, mulai pelajar sampai orang dewasa. Ada apa sebenarnya di dalam facebook? Kenapa semua orang gandrung atau seneng facebook?

Dari tampilan awal ketika membuka facebook nampak slogan atau iklan bahwa dengan facebook anda akan terhubung dengan semua teman diseluruh penjuru dunia. Para orang dewasa saling berteman di facebook, ada teman baru akan tetapi ada pula teman lama maksudnya teman dimasa kecil dulu. Di facebook kita dapat saling berkirim pesan, berkirim foto bahkan berkirim video. Biasanya yang menarik adalah saling berkomentar pada dinding facebook. Bila kita sudah memberi komentar, biasanya akan ganti diberi komentar oleh teman kita, nah dengan adanya komentar-komentar itulah yang biasanya kita menjadi gandrung sama facebook, karena setiap saat kita selalu ingin membuka facebook untuk dapat membaca komentar teman-teman kita. Selama yang penulis ketahui, komentar-komentar tersebut juga hanya berkesan iseng belaka walau ada juga yang bermutu semacam info-info atau artikel ringan. Sekitar bulan agustus lalu

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melarang penggunaan facebook pada saat jam kerja karena disinyalir banyak pegawai yang berfacebook ria ketika pada jam kerja, tentu saja hal ini dapat menurunkan kinerja para pegawai disamping mengganggu akses pengolahan atau pengiriman data, akses data menjadi lambat. Demikian juga yang terjadi dikalangan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, beberapa minggu lalu juga melarang para pegawai membuka facebook (on line) pada jam kerja karena mengganggu akses pengiriman data.

Facebook dikalangan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) juga tidak jauh berbeda dengan facebook dikalangan orang dewasa. Para siswa saling mengkomentari siswa lain atau membicarakan Guru-guru mereka dengan sedikit dibumbui hal-hal yang lucu dan agak melecehkan. Bila salah satu dari teman juga sedang membuka facebook atau istilahnya juga sedang on line, maka antar teman bisa saling berkomunikasi atau istilahnya chating. Bila sudah chating biasanya jadi lupa waktu, tentu saja waktu untuk belajar atau mengulang materi yang telah disampaikan di sekolah menjadi berkurang akibat lupa waktu di Warnet.

Bagai buah simalakama, guru memberi tugas mencari literatur di internet untuk melengkapi materi yang ada disekolah agar lebih luas, akan tetapi para siswa malah berfacebookria, jika tidak mencari literatur di internet maka pengetahuan tentang materi menjadi sempit. Hal ini merupakan tantangan bagi para Guru atau pendidik. Saat ini para Guru juga harus menguasai ICT, bahkan di Koran Pendidikan edisi 280 tertulis artikel yang berbunyi “ Guru Tua akan tergilas jika tidak kuasai Billingual dan ICT”.

Diharapkan para Guru menguasai atau mampu mengoperasikan komputer, mampu membuat program pembelajaran dengan ICT misalnya program powerpoint atau Flash untuk lebih memudahkan siswa memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Diharapkan para Guru juga mempunyai Blog, sehingga materi-materi atau lembar kerja dapat di masukkan (upload) di blog jika sewaktu-waktu siswa membutuhkan dapat mengambil (dowload). Para guru harus kreatif dalam membuat atau menyusun rencana pelajaran dengan menarik serta mengisi blognya dengan menarik pula, bila perlu untuk Guru Matematika bisa memberi permainan yang edukatif pada blognya. Peran orang tua juga tidak kalah penting, karena para siswa lebih lama berada di rumah dibanding berada di sekolah. Orangtua harus mengontrol, apa saja yang dilakukan putra-putrinya ketika pergi ke warnet? Untuk berapa lama?

Semoga sedikit tulisan ini memberi wacana tentang facebook dengan kelemahan dan kelebihannya.

Selasa, 02 Februari 2010

HIMPUNAN

ANAK-ANAK BISA DOWNLOAD POWERPOINT INI . KLIK DI SINI